Rita melirik penunjuk waktu digital di dinding ruang tunggu bandara. “Waktunya semakin dekat!”, gumamnya lirih kepada diri sendiri. Kakinya gemetar. Pikirannya kalut tidak keruan seperti ombak yang bergulung-gulung memecah karang. Semakin berusaha mengalihkan perhatian, semakin kencang degup jantungnya. Belum pernah ia mengalami kecemasan separah ini. Meski berkali-kali menarik napas dalam tak kunjung sirna rasa takutnya. Tak sanggup ia membayangkan dirinya memasuki kabin dan harus terkunci selama berjam-jam ribuan kilometer di atas daratan.
Pernah mengalami kejadian seperti itu? Jika belakangan ini tiba-tiba Anda diliputi kecemasan melakukan perjalanan udara besar kemungkinan Anda mengalami Aerophobia atau sering disebut juga Aviophobia. Musibah jatuhnya pesawat dapat memicu sebuah rasa takut berlebih. Rasa takut yang melampaui batas kewajaran dan menunjukkan gejala sangat ekstrem harus ditangani oleh profesional yang ahli di bidangnya. Jika kasusnya tergolong “ringan”, kecemasan ini dapat kita redakan sendiri dengan teknik kombinasi Self Hypnosis dan NLP. Simak langkah-langkahnya berikut ini:
1. Persiapan
Duduk bersandar atau berbaringlah dengan nyaman. Tanggalkan atribut dan non-aktifkan telepon genggam untuk sementara waktu. Jika memungkinkan, putar musik latar yang lembut dan dengarkan melalui earphone. Letakkan tangan dengan santai di atas pangkuan. Biarkan seluruh anggota tubuh Anda dari ujung kepala sampai ujung kaki terbaring dengan nyaman dan santai. Pejamkan mata perlahan-lahan.
2. Nyamankan Tubuh dan Pikiran
Niatkan dalam hati untuk menyamankan tubuh dan pikiran. Mulailah dengan bernapas dengan santai. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan-lahan. Amati, rasakan, dan nikmati setiap tarikan napas dan hembusan napas. Biarkan pikiran kita diarahkan mengamati napas kita sendiri. Hindari upaya mengosongkan pikiran karena hal itu justru akan membuat pikiran aktif dan terbebani. Pikiran tidak untuk dikosongkan tetapi diarahkan. Bantu dengan imajinasi. Bayangkan dan rasakan setiap tarikan napas membawa udara yang masuk dan mengalir ke seluruh tubuh. Sebaliknya, setiap membuang napas rasakan udara kotor keluar membawa serta keluar bersamanya racun dan emosi negatif. Ucapkan syukur atas napas yang masih diperbolehkan kita hirup, yang merupakan tanda kehidupan dari Sang Pencipta.
3. Hadirkan Kenangan Positif
Cara terbaik dan seringkali manjur untuk memicu tubuh dan pikiran menjadi rileks lebih jauh lagi adalah dengan memunculkan gambaran atau kenangan positif yang dapat menghadirkan rasa nyaman dan menyenangkan. Sepotong kenangan masa kecil saat bermain di kampung halaman, kenangan bersama orang-orang yang dicintai, atau peristiwa berlibur ke tempat yang sangat berkesan dapat membuka jalan hadirnya rasa nyaman dalam diri. Lakukan terus sambil memperkuat gambar dan rasa yang hadir sampai ke detail-detailnya, warnanya, bentuknya, dll.
4. Jadilah Pemerannya
Buatlah gambaran tersebut bukan sekedar tayangan di luar tubuh kita. Bayangkan tubuh dan pikiran kita masuk ke dalam gambaran tersebut. Jadikan diri kita sebagai pemeran adegan itu secara langsung. Kita melihat dengan mata kepala sendiri, mendengar suara-suara dengan kedua telinga kita sendiri, bahkan kita dapat menyentuh benda-bendanya. Biarkan gambar itu hadir semakin nyata dan sensasi rasanya semakin lama semakin nyata.
5. Penanaman “Jangkar”
Di puncak sensasi rasa yang hadir, sentuh dada kiri dengan telapak tangan kanan sambil mengucap dalam hati, “Mulai sekarang setiap kali saya menyentuh dada dengan cara seperti ini, rasa dan sensasi nyaman inilah yang hadir”. Letakkan kembali tangan di pangkuan. Niatkan dalam hati dalam tiga hitungan untuk membuka mata dalam kondisi yang sehat dan nyaman. Hitung dalam hati perlahan-lahan kemudian buka mata.
Di dalam NLP (Neuro Linguistic Programming), langkah kelima dikenal sebagai proses penjangkaran (Anchoring). Penjangkaran adalah sebuah upaya pembuatan saklar atau program yang dapat menghasilkan rasa/emosi tertentu. Program ini dirancang agar dapat dipicu melalui sentuhan (kinestetik) seperti contoh di atas atau melalui indera lainnya. Kuat tidaknya Anchor yang tercipta ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengulangan, intensitas emosi, momentum penjangkaran, dll. Faktor yang paling menentukan adalah intensitas emosi yang berhasil kita hadirkan dan rasakan pada langkah ketiga dan keempat.
6. Hadirkan Rasa Cemas itu
Sekarang, ambil posisi duduk kembali seperti pada langkah pertama. Hadirkan dengan sengaja rasa yang mencemaskan itu dengan mengaktifkan pemicu-pemicunya entah itu dengan menghadirkan bentuk bendanya dalam benak, membayangkan suasana atau situasinya, mengucapkan atau mendengar kata-kata yang memicu rasa cemas itu, atau dengan cara-cara lain. Biarkan diri kita berhadapan atau berada di dalam gambaran yang mencemaskan itu. Biarkan rasa cemas itu hadir sampai batas yang kita sendiri ijinkan. Kemudian di puncak rasa negatif itu, sentuhkan telapan tangan kanan di dada kiri. Biarkan jangkar kenyamanan yang telah kita tanam di langkah kelima terpicu kembali di saat yang sama. Biarkan rasa cemas yang ada bercampur dengan rasa nyaman. Perkuat gambaran dan rasa nyaman itu. Berfokus lah terus pada rasa yang positif. Letakkan kembali tangan di atas pangkuan. Perlahan-lahan bukalah mata kembali dan rasakan perbedaannya.
Rasa cemas yang dipicu oleh hal-hal tertentu dapat juga dianggap sebagai sebuah Jangkar, hanya saja sifatnya negatif. Jangkar kenyamanan yang telah kita buat pada langkah kelima disini akan berperan layaknya “obat” pereda rasa nyeri. Banyak hal yang dapat menentukan keberhasilan proses ini. Jika intensitas rasa cemas itu jauh melampaui rasa nyaman yang dapat kita hadirkan dan jangkarkan, proses ini mungkin akan memberikan hasil yang kurang signifikan dalam menurunkan rasa cemas Anda. Contohnya, kecemasan yang mengandung trauma berat bisa menimbulkan rasa cemas ekstrem dengan intensitas tinggi melebihi kemampuan Anchor untuk meredakannya. Dalam kasus tersebut, kita mungkin memerlukan bantuan dari tenaga profesional. Jika kita merasakan perubahan positif sekecil apapun itu, kita bisa melanjutkan proses ini ke langkah selanjutnya.
7. Lakukan Pengulangan
Ikuti instruksi persis seperti yang kita lakukan pada langkah keenam. Latihlah Pikiran Bawah Sadar kita untuk mendekat dan mengenali rasa cemas itu. Biarkan rasa cemas itu bercampur dengan rasa nyaman yang dihadirkan oleh jangkar sentuhan di dada. Lakukan berulang-ulang sebanyak yang kita mau. Beberapa literatur menyatakan dengan tegas bahwa proses pengulangan dapat mengurangi “kepekaan” kita pada sumber rasa cemas itu. Proses berkurangnya kepekaan tersebut sering disebut sebagai Desensitisasi. Cobalah untuk mengkreasikan proses pengulangan ini dengan membayangkan sumber rasa cemas itu sebagai sebuah adegan atau episode film pribadi dalam kehidupan kita. Dengan menggambarkannya seperti sebuah potongan film, kita dapat mengatur kecepatan film tersebut diputar, mengatur kapan kita menjadi penonton atau menjadi pemeran, dll.
Jika Anda mengalami kesulitan untuk mengingat langkah-langkah di atas dengan baik, cobalah untuk merekam suara Anda sendiri dengan bantuan aplikasi perekam suara pada telepon genggam. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, rancang alur dan kata-kata sesuai plihan sebelum melakukan perekaman. Jika tujuh langkah ini sudah Anda lakukan berulang kali dan belum menghasilkan perubahan sedikitpun, mungkin Anda perlu dibimbing oleh profesional agar dapat diketahui kendalanya. Beberapa kasus membutuhkan waktu singkat, sebagian lainnya memerlukan penanganan lebih lama dan intens. Selain teknik sederhana di atas, di dalam dunia Hipnosis dan NLP masih banyak teknik-teknik lain yang sering digunakan untuk penanganan kasus kecemasan seperti 5-PATH, Somatic Signal Therapy, Fast Phobia Cure, dll. Saya akan membahas teknik-teknik tersebut di lain waktu.
Selamat mencoba!
Sydney Panjiagung
Performance Coach & Program Director
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.